“CERPEN”
^_KALAU SAYANG BILANG_^
Anti pulang sekolah dan langsung masuk kekamar dan menghempaskan tubuhnya kekasur sambil memandang langit-langit kamarnya. Melamun memikirkan kejadian tadi siang dan tiba-tiba deringan handphone membuyarkan lamunannya dan Anti langsung tersentak dan langsung menjawab telephone di handphonenya, halo Anti berkata dan diujung telephone sana Ryan berkata “halo Anti loe bisa nemuin di tempat biasa ngga. Dengan tidak sabaran dan sedikit gugup Anti berkata iya kalo gitu w kesana sekarang loe juga langsung berangkatnya. Oke kalau gitu w tunggu yach ryan berkata.
******
Dengan secapat kilat Anti sampai dan langsung menuju tempat paling pojok tempat biasa Ryan menghabiskan waktunya bersama Anti. Perlahan Anti berjalan dan langsung duduk dan tampa menyapa Ryan terlebih dahulu dia merasa canggung tidak seperti kemarin-kemarin dan tampa disengaja pikirannnya melayang kekejadian siang tadi saat dimana Ryan tidak sengaja jatuh menimpa Anti dan mencium keningnya. Anti merasa ada desiran aneh yang membuat dia ingin mengulanginya dan terus mengingat kejadian itu tampa bisa dianggap sesuatu hal yang biasa. Laulu melihat Anti datang tetapi langsung bengong iya menjadi bingung dan langsung mengaggetkan Anti, karena kaget Anti tidak sengaja menyenggol minuman yang telah dipesan Ryan untuk yang akhirnya menjatuhkan minum itu dan membasahkan rok Anti dan dengan spontan Ryan langsung meminta maaf dan Anti langsung memaafkannya dan berkata kalau gitu w ke toilet dulu buat ngebersiin ini bentar lagi w juga balik koc, dan sebelum Antti pergi Ryan berkata “sampai kapanpun w bakal nungguin loe koc”, tetapi Anti tak bisa mendengar karna ia keburu melesat menuju toilet.
Ketika Anti kembali minuman baru sudah tersedia dan tempaat yang basah sudah dibersihkan. Beberapa saat setelah Anti duduk mereka berdua tidak berbicara sama sekali dan keheningan pun tercipta dan yang terdengar adalah detak jantung Anti dan Ryan yang berpacu sangat cepat. Lalu Ryan memecahkan keheningan dengan berkata kenapa kita jadi diem-dieman gini sich padahal biasanya kita nyerocos mulu nggak ada yang mau ngalag kalau lagi cerita. Tetapi Anti tetap diam dan dalam hatinya berkata dengan lirih “karena ini nggak biasa yan”. Tetapi lagi-lagi Ryan memecahkan keheningan dan berkata “Anti pasti ini karena kejadian tadi siangkan, mendingan loe nggak usah pikirin lagi dech anggep aja itu nggak pernah terjadi dan nggak pernah ada jadi kita nggak perlu diem-dieman kaya gini, loe jangan marahnya w tadi nggak sengaja koc” lalu tampa diduga oleh Ryan, Anti berkata dengan suara rada meninggi dan perlahan butiran air mata mengiasai wajahnya dan berkata “ngapain w mikirin ini bego banget w kalau sampai kefikiran ini tuch sesuatu yang memang harusnya dari dulu terjadi tetapi ternyata w salah cuma w yang menginginkan ini terjadi dan nggak bisa ngelupainnya, kayaknya loe kelihatannya sebaliknya kerana w ngeliat banyak raut penyesalan dimuka loe” setelah selesai bicara sambil berlari Anti keluar dari tempat itu dan menaiki taxi dan menyuruh sopir taxi itu pergi ke suatu taman dimana Anti dan Ryan waktu kecil sampai sekarang menghabiskan waktu luangnya.
Sementara di tempat itu Ryan mematung tak bisa berkata apa-apa karena dia baru menyadarinya betapa bodohnya dirinya menganggap Anti tidak merasakan perasaan yang sama ternyata sebaliknya selama ini Anti memendam perasaan yang sama terhadapnya. Dengan muka kecewa Ryan pulang dan langsung masuk kekamarnya dan mengunci pintunya tampa menjawab pertanyaan mamahnya yang sedari tadi bingung melihat anaknya yang pulang dengan muka lesu. Tetapi apadaya bila anaknya memamg tak mau bicara maka mamahnya pun perlahan meninggalkan anaknya dengan muka muram menunggu samapi Ryan bersedia mencertakannya tampa ditanya.
Waktu terus berlalu hingga waktu pulul 9 malam, tetapi Ryan masih terus saja menyalahkan dirinya karena andai saja dia tau lebih dulu perasaan Anti pasti jadinya tidak akan seperti ini. Sementara itu handphone Ryan bordering ternyata telephone dari rumahnya Anti, dan dengan cepat dia menjawab “halo Anti, tetapi ternyata salah karena yang menelphone bukanlah Anti melainkan ibunya. Ibunya berkata bahwa Anti belum pulang ke rumah sejak tadi sore sekitar jam 15.30 sore? dan minta tolong kepada Ryan unuk mencari Anti karena, ibunya sudah bingung mau mencari Anti kemana lagi. Dengan sigap Ryan lansung berkata akan mencari Anti sampai ketemu dan akan menghubungi ibunya bila sudah menemukan Anti. Ryan bingung harus mencari Anti dimana, tetapi ia ingat bahwa setiah saat, baik senang maupun sedih kita akan selalu pergi ke taman itu karena dengan begitu akan merasa lebih baik.
Tampa membuang buang waktu Ryan langsung pergi ketaman itu dan langsung berlari ketempat biasa. Ryan memamg benar tepat mencari ditaman karena disitulah Ryan melihat Anti tertidur dengan mata sembab di taman. Tampa membuat Anti terbangun Ryan perlahan duduk disamping Anti tidur dan dengan perlahan membuka jaketnya lalu diselimutilah badan Anti dengan Jaket Ryan. Seketika itu juga ryan menghapus air mata di pipi Anti yang hampir mongering sambil membelai rambutnya Anti, Ryan berkata “Anti andai saja loe tahu betapa w sangat cinta dan sayang sama loe, so w nggak pernah bermaksud melukai hati loe. W ngomong kaya tadi itu bukan maksud w, karena w berfikir loe nggak punya perasaan lebih dari sekedar sahabat, tetapi apa ternyata loe juga sayang sama w, andai saja waktu bisa diputar w akan mengatakan “ANTI I LOVE U” tetapi kayanya sekarang nggak ada gunanya lagi, karena w terlalu pengecut buat nyatain perasaan w ini”.
Tetapi tampa disangka-sangka, Anti membelakan matanya sambil berkata “loe nggak pengecut koc, karena loe udah ngomong semuannya dan w dengerin semua isi hati loe” jadi w Cuma bisa bilang MAKANNYA JANGAN SOK TAHU belum naya tetapi udah ngejawab sendiri, smabil mengecup pipi Ryan, Anti berka I LOVE YOU TOO, dengan melepaskan bibirnya dari pipi Ryan, Anti berlari dan langsung dikejar oleh Ryan dan dengan cepat Ryan merengkuh tubuh Anti dan bekata Anti jangan jauh dari ku, ku tau ku takkan mampu sehari serasa seminggu datanglah untukku.
******
Tidak ada komentar:
Posting Komentar